Prabu
Duryudana punya keinginan menyerang Kerajaan Wirata untuk melebarkan
kekuasaannya. Untuk itu, ia meminta bantuan Prabu Baladewa dan Prabu
Kresna. Prabu Baladewa menyanggupi permintaan Duryudana. Bersama dengan
Adipati Karna dan Kurawa, Prabu Baladewa mendatangi Kerajaan Dwarawati,
tetapi Prabu Kresna tidak ada di tempat dan hanya dapat menemui Samba
dan Setyaki.
Kedua ksatria itu menolak ajakan Kurawa, maka
keduanya dilucuti senjatanya serta ditawan. Sementara Angkawijaya yang
sedang berada di Istana Dwarawati bersama Siti Sundari melihat kekacauan
negeri itu, segera memutuskan meninggalkan istana.
Walaupun
istrinya tidak setuju, Angkawijaya tetap pergi ke Wirata untuk melamat
Dewi Utari, sebab puteri itu yang nantinya akan menjadi ibu dari
raja-raja besar. Di perjalanan, Angkawijaya bertemu dengan raksasa
brahala jelmaan Prabu Kresna yang membantu mengusir para Kurawa.
Setelah
sampi di Wirata, Angkawijaya diterima dan dipekerjakan di taman bersama
Gendreh Kemasan, yakni Arjuna yang sedang menyamar.
Setibanya
di taman, Angkawijaya bertemu dengan Utari dan segera membawa sang dewi
ke Bale Wewangunan. Tindakannya menimbulkan kecurigaan para
dayang-dayang, sehingga silaporkan kepada raja.
Sang raja pun
memerintahkan untuk membunuh Angkawijaya, namun setelah dijelaskan bahwa
para ksatria yang menyamar adalah Arjuna dan Angkawijaya , Sang raja
pun memberi ampun kepada Abimanyu dan mengangkatnya sebagai Pangeran
Adipati dengan gelar Prabu Anom Wirabadana.
Sementara, Siti
Sundari yang berada di istana Dwarawati, sangat cemask dan khawatir akan
keselamatan suaminya. Maka ia memutuskan untuk pergi ke Pringgodani dan
meminta bantuan Gatotkaca agar mencarikan Abimanyu.
Untuk
memenuhi permintaan Siti Sundari, Gatotkaca meminta bantuan pamannya
yakni Kalabendana untuk pergi ke Wirata dengan secara rahasia untuk
menyelidiki keberadaan Abimanyu. Kalabendana pergi ke Wirata. Setibanya
di Wirata, ia memang bertemu dengan Abimanyu yang saat itu sedang
bersama dengan Dewi Utari. Ia pun langsung mengatakan bahwa Abimanyu
ditunggu istrinya, Dewi Siti Sundari di Pringgodani. Mendengar ucapan
raksasa itu, Abimanyu tersinggung dan marah. Ia pun melukai Kalabendana
dan mengusirnya.
Setelah kepergian Kalabendana, Dewi Utari
kemudian menanyakan kebenaran mengenai apa yang dikatakan raksasa itu
kepaa suaminya, Angkawijaya. Abimanyu kesulitan menjawab pertanyaan
istrinya itu, ia pun akhirnya bersumpah bahwa ia belum beristri dan bila
berdusta, kelak dalam perang Baratayuda badannya akan terluka oleh
berbagai macam senjata.
Kalabendana telah kembali ke Pringgodani
dan melaporkan apa yang terjadi di Wirata. Siti Sundari meminta agar
Kalabendana menjelaskannya sekali lagi agar lebih jelas, namun keinginan
sang puteri bertentangan dengan keinginan Gatotkaca. Sebab, jika Siti
Sundari mengetahui masalah yang sebenarnya, akibatnya bisa fatal. Maka
ia member isyarat kepada Kalabendana agar tidak menjelaskan peristiwa
itu sebenarnya.
Namun Kalabendana seorang ksatria yang jujur, ia
menerangkan keadaan Angkawijaya yang sebenarnya di Wirata. Hal itu
membuat marah Gatotkaca sehingga ia memukul pamannya hingga tewas.
Hati
Dewi Siti Sundari sangat terkejut dan cemas. Maka ia meminta Gatotkaca
untuk mengantarkannya pergi ke Wirata. Setelah sampai di Wirata, mereka
bertemu dengan Angkawijaya dan Utari. Setelah melihat keduanya, Utari
segera masuk ke istana dan menduga bencana akan datang.
Abimanyu
yang melihat Gatotkaca membawa Siti Sundari, marah dan menusukkan
kerisnya ke badan Gatotkaca. Perkelahian pun terjadi antara keduanya.
Melihat
perkelahian itu, Semar bingung dan langsung mengadu kepada Arjuna.
Arjuna yang mendengar berita itu, segera melerai kedua ksatria itu dan
memberikan pernjelasan mengenai hal dan kewajibannya menjadi seorang
ksatria.
0 comments:
Post a Comment